MATAHARI DAN ANGIN

ADA sebuah cerita dari Timur yang mengisahkan percecokan antara Matahari dan Angin Bahorok. Mereka merasa dirinya yang paling berpengaruh terhadap makhuk hidup ciptaan lainnya. Ibarat perang dingin antara dua kekuatan yang tak kunjung henti, setiap hari dia selalu ribut dan menonjolkan diri. Melihat kedaan yang semakin tidak kondusif, datanglah bulan yang mencoba menyelesaikan permasalahan mereka. Karena selalu ingin menang maka dibuatlah suatu pertandingan antara Angin Bahorok dan Matahari dengan taruhan, barang siapa yang bias mamangaruhi musyafir di bawah sana untuk membuka baju, dialah yang menang. Selanjutnya yang kalah harus menjauh dari daerah tersebut.

Pada saat bertanding, setelah diundi terlebih dahulu maka yang mendapat giliran pertama adalah Angin Bahorok. Seorang musyafir terlihat sedang berteduh di dekat sebuah oase, mulailah Angin Bahorok beraksi untuk memenangkan pertandingan dengan cara memengaruhi agar membuka bajunya. Ketika Angin Bahorok bertiup, sang musyafir mulai menyilangkan tangannya. Semakin keras dia bertiup, semakin keras pula sang musyafir merapatkan pakaiannya. Akhirnya, dengan kesal, Angin Bahorok meniupkan badai. Sang musyafir justru semakin membungkuk dan menarik selimut dari untanya dan berlindung rapat-rapat di balik pakaian dan selimutnya. Angina bahorok pun gagal memengarihi sang musyafir membuka bajunya.

Kini giliran Matahari. Perlahan-lahan sang Matahari sambil tersenyum mulai meningkatkan intensitas sinarnya dan bumi terasa makin hangat. Sang musyafir tampak mulai menigpas-ngipaskan dirinya. Semakin panas, semakin gerah saja sang musyafir. Dia pin mulai membuka bajunya satu demi satu. Matanya melirik suatu telaga untuk berendam. Tak lama kemudian, seiring dengan teriknya matahari, sang musyafir pun mulai membuka seluruh pakaiannya kecuali pakaian dalam. Dia akhirnya menceburkan diri ke dalam telaga tersebut untuk mencari kesejukan.

Dengan tersenyum, Matahari berkata kepada Angin Bahorok, “Diperlukan teknik membujuk untuk memengaruhi orang lain, bukan dengan cara dipaksa.”

This entry was posted on Minggu, 14 Desember 2008 at 02.30. You can skip to the end and leave a response.